Langsung ke konten utama

Cerita Skripsi (1)


Skripsi itu adalah sebuah cobaan akhir di masa-masa menjadi mahasiswa, dan disinilah gue belajar akan arti pentingnya kuliah bukan semata-mata masuk kelas, ngerjain tugas, ujian, dan nilai pun keluar. Gue dinyatakan lulus dari FISIP Universitas Katolik Parahyangan setelah melalui ujian sidang skripsi pada tanggal 17 Juni 2013. Udah basi sih kalo gue start nulis cerita skripsi dari sekarang, tapi gue rasa pengalaman gue ini harus diabadikan dalam tulisan, karena gue tahu setiap skripsier pasti punya cerita menarik berbeda yang bikin masa-masa perjuangan ini makin indah buat dikenang dan ga bakal bisa ditukar dengan apa pun.

Oke, gue mulai cerita dari awal kenapa gue terjebak dalam makhluk bernama skripsi. Setelah memenuhi syarat sejumlah SKS yang telah terlewati, gue memberanikan diri (harus) memilih mata kuliah Seminar di semester 7. SKS gue sebenarnya udah cukup dari semester 6, tapi gue yakin kalo Seminar gue pasti akan terbengkalai mengingat betapa hectic nya semester itu dan gue malah sibuk memuaskan diri untuk ikut berbagai macam kepanitian sampai dalam sebulan gue pernah jadi panitia dalam 6 acara. Kelas Seminar gue diisi dengan bimbingan penulisan proposal penelitian dan kebetulan dosen kelas Seminar gue adalah DR.Andreas Hugo Pareira, seorang politisi dari partai berwarna merah, eks Komisi I DPR RI dan kini mencalon kembali dari tanah kelahirannya untuk sebuah kursi di Senayan.Gue biasa memanggil beliau dengan "Bang Hugo" ataupun "Mas Hugo" berhubung beliau adalah orang partai dan memang di HI UNPAR kita terbiasa memanggil dosen dengan sebutan "Mas dan Mbak" (hal ini lah yang bikin gue harus belajar adaptasi lagi dengan sebutan "Bapak dan Ibu") Ntah kenapa ketika kelas seminar gue tertarik untuk membahas Lembaga Survei dan Political Marketing untuk topik skripsi gue. Topik ini memang belum pernah dibahas dan mungkin terdengar rancu untuk Ilmu Hubungan Internasional, tapi Bang Hugo malah tertarik dan terus mendukung gue untuk lebih fokus menentukan topik apa yang akan gue pilih. Akhirnya gue menyatakan bahwa gue akan memilih topik Lembaga Survei dan Demokratisasi. Tapi lagi-lagi Bang Hugo mengatakan bahwa topik itu terlalu umum dan Demokratisasi mana yang gue maksud, oke gue bingung dan di semester 7 juga lah gue harus menyelesaikan 4 SKS praktek bernama Praktek Diplomasi (Prakdip) yang bikin gue amsyong ngebut paper demi merasakan sensasi menjadi diplomat selama 3 hari.

Ketika menuliskan judul proposal penelitian di sebuah form berwarna pink untuk kemudian diserahkan pada petugas administrasi, gue bimbang harus menuliskan apa mengingat hampir tiap minggu gue berganti topik dan masih tetap mengambang hingga hari ketika form pink harus dikumpulkan. Demi efisiensi waktu akhirnya form pink pun terisi tulisan "Pengaruh Lembaga Survei dalam Pengambilan Keputusan di Partai Politik" dan gue diberikan kesempatan untuk memilih siapa calon Dosen Pembimbing gue nantinya. Berhubung karena gue ngerasa bahwa Bang Hugo udah paham apa maunya gue dan peran beliau sebagai politisi pasti akan sangat berguna nantinya. Padahal kalo boleh jujur, gue punya pengalaman sebuah kesalahan ketika mengambil suatu mata kuliah beliau di tahun ke 3. Tapi ntah kenapa gue merasa bahwa ini sebuah tantangan dan dengan pede nya gue menulis nama dia. Beberapa minggu setelah mengumpulkan form pink, akhirnya di papan pengumuman terpampang lah nama Dosen Pembimbing yang nantinya akan menguji ketika pengajuan proposal dan deadline pengumpulan proposal. Yak, ternyata dosbing gue adalah Bung Andre Pareira (mengikuti panggilan beliau ketika diwawancara di TV) dan gue akan sidang seminar bersama dengan 5 orang lainnya, 4 orang teman seangkatan gue dan 1 nya lagi angkatan 2008.

Seperti umumnya mahasiswa yang hobi menunggu mepet deadline dengan melakukan kegiatan-kegiatan lain, gue akhirnya semakin bingung menuliskan judul apa untuk proposal penelitian. Kalo gue bikin soal Pengambilan Keputusan di Parpol, berarti gue kudu melakukan penelitian empiris dan berhubungan langsung dengan politisi dari parpol yang pastinya bikin ribet. Akhirnya gue memilih judul "Perbandingan Mekanisme Kerja Lembaga Survei Politik Nasional dan Luar Negeri Serta Peranannya Sebagai Agen Demokratisasi di Indonesia". Gue tahu kalo judul itu masih acak-acakan banget, apalagi isinya ga jelas karena gue emang benar-benar masih ngambang. Ujung-ujungnya gue cuma menyelesaikannya sebatas pemenuhan kewajiban dan berharap ketika seminar nanti bakal menemukan titik terang. Di akhir Oktober, jadwal sidang pun terpampang nyata dan gue bakal seminar pertengahan November tepatnya 2 hari sebelum Prakdip.Alhasil gue harus membagi pikiran untuk persiapan seminar dan tetek bengek Prakdip yang bener-bener bikin mabok mulai dari rapat koalisi, benerin paper, diplomatic notes, outfit, lobby-lobby pra sidang, sampai dimana delegasi gue harus nyalon subuh-subuh buat hari terakhir prakdip.

Akhirnya sampai lah di hari yang dinanti, gue kebagian seminar di jam 1 siang dan hadirlah gue di depan ruang sidang jam 12.30 dengan blouse, rok hitam dan pumps shoes menenteng laptop dan draft proposal gue. Ternyata seminar hari itu dibagi 2 sesi dan per sesi akan diikuti oleh 3 orang. Gue pun menanti pasrah di depan ruang sidang, menunggu ke 3 teman gue yang masuk duluan tanpa tahu kapan akan berakhir. Jam 15.30 mereka selesai dan giliran sesi ke 2. Gue masuk bersama ke dua partner yaitu Paul dan Vanisa, gue mendapat giliran pertama dan sukses lah proposal gue dikritik habis-habisan dan Bang Hugo ternyata tahu kalo proposal gue ini sebatas menyelesaikan kewajiban dan masih acak-acakan, tidak fokus dan beliau menyatakan kalo gue harus memulai penelitian empiris dengan menemui Lembaga survei dan Perwakilan parpol. Gue sempat kaget dan gue tetap menulis hal-hal apa lagi yang harus gue revisi buat semester depan. Sidang seminar berlangsung lancar dan santai banget, bahkan kita ber 3 berasa diskusi aja saling nimbrung soal topik penelitian masing-masing bahkan pake ketawa-ketawaan bareng.

Oke, seminar pun berakhir ketika hari sudah mulai gelap, gue langsung pulang ke kos an buat mempersiapkan hati, dan pikiran gue untuk Prakdip yang akan menyita seluruh emosi dan fisik gue dalam beberapa hari ke depan. Tibalah hari Prakdip, gue bersama 5 orang teman lainnya menjadi Delegasi Malta dan dibagi lagi dalam 2 working group yang membahas isu berbeda. Sidangnya mengambil format ASEM Summit dengan topik Migration. Selama 3 hari kita menjadi Diplomat sungguhan dengan melalui sidang, wawancara, laporan dan menghasilkan kebijakan yang juga jadi bahan review buat Kementrian Luar Negeri. Oh ya, Prakdip biasanya jadi momen yang paling dinanti-nanti buat anak-anak HI UNPAR dan diliput sama media nasional. Maka dari itu totalitas adalah hal utama dalam Prakdip. Hahahaha. Gue bagi sedikit ya foto-foto nya...





Seminar dan Prakdip sukses dilewati dan gue nggak akan bertemu kembali, sekarang beban gue adalah 2 mata kuliah yang masih gue ambil berhubung karena gue ngulang dan ada 1 mata kuliah yang bisa jadi akan mengancam harapan gue untuk sidang semester depan kalo di semester ini gue belum lulus juga. Sebuah mata kuliah yang sebenarnya ga ada kontinuitasnya dengan mata kuliah lain tapi udah cukup ngerusak DPS, ngabisin waktu dan duit ortu gue berkali-kali. Bersambung...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kerja di NGO, Ngapain Aja?

Empat tahun bekerja di Non Government Organization alias Lembaga Non Pemerintah pastinya telah mengubah banyak hal dalam diri saya, tetapi rasanya setiap bertemu orang baru pasti muncul beberapa pertanyaan yang sama. Oke, saya akan menuliskan beberapa pertanyaan umum yang harus kamu jawab dan jelaskan mengenai status pekerjaan mu. Kiranya bisa menjawab beberapa pertanyaan yang sering mampir ke saya atau jika berkenan mungkin bisa menjadi referensi untuk menjelaskan pekerjaan mu saat ini. 1.               Itu kerjanya ngapain aja? Buanyaakkk, tergantung project, fokusnya, visi misi, Programme Goal, Outcome, Output . Bekerja di NGO pastinya merespon suatu isu sosial, nahh namanya isu social pasti luaaasss sekali. Setelah itu tanyakan saja “Fokus Programnya apa?” Disitu akan muncul istilah pemberdayaan masyarakat, lingkungan, anak, gender, imigran, buruh, pertanian, perikanan, udara, dll. Intinya bekerja di NGO itu men support masyarakat/kaum marjinal atau bahkan pemerintah untuk

Perjalanan di Bawah Laut Kupang

Saya mengingat ketika di akhir tahun 2014, sejenak sebelum berpindah ke tahun 2015 saya sempat mencoba menuliskan resolusi di tengah kesendirian menikmati malam tahun baru sembari mengintip warna-warni kembang api dari jendela kamar. Ada beberapa hal yang saya tuliskan, jujur itu hanya terbersit tiba-tiba dan saya hanya menuliskannya di sebuah aplikasi catatan di HP saya yang masih berusia 3 bulan pada saat itu. Tanpa disangka 3 bulan kemudian HP itu rusak akibat kecerobohan saya saat pergi ke Pulau Kera, Kupang. Bukan tercebur air laut tetapi malah ketumpahan sebotol penuh air mineral di dalam tas saya saat berada di perahu. Beberapa bulan setelah kejadian HP rusak, saya pergi bersama teman jalan terbaik saat itu mencari informasi mengenai spot snorkeling di Kupang mulai dari bertanya ke instagram, komunitas di facebook hingga mendatangi Polairud Kupang demi impian snorkeling. Akhirnya kami menemukan komunitas snorkeling dan ikut snorkeling pagi ataupun sore di tempat itu. Saya j

Tentang Sebuah Pekerjaan

Berapa lama kah saya tidak kembali mem posting sesuatu di blog? TIDAK TERHITUNG. Saya ingat terakhir kali menulis tentang skripsi dan kelulusan saya, mungkin itu tahun lalu. Di tahun 2014 apa saja yang telah terjadi? BANYAK, saya akan menuliskan perjalanan saya menemukan pekerjaan. Suatu hal yang saya idamkan sedari lulus kuliah, yaitu PEKERJAAN. Sebelumnya saya selalu berpikir bahwa kelak setelah dinyatakan lulus oleh universitas, saya akan segera menemukan pekerjaan dengan standar gaji ideal yang tersusun dalam benak seorang freshgraduate. Ternyata tidak semudah itu kawan, bangku kuliah belum memberikan beberapa SKS berjudul “REALITA”. Tapi itu tidak masalah, ketika kuliah kita memang diajarkan untuk berpikir ideal dan mengkonstruksi standar sebatas pengetahuan kita, ketika lulus orang-orang akan menyambut dengan ucapan, “Selamat datang di kehidupan nyata…” Cukup lama waktu yang saya jalani dengan berstatus pengangguran, 8 bulan saya berusaha menemukan pekerjaan dari penuh s