Langsung ke konten utama

Tentang Sebuah Pekerjaan




Berapa lama kah saya tidak kembali mem posting sesuatu di blog? TIDAK TERHITUNG. Saya ingat terakhir kali menulis tentang skripsi dan kelulusan saya, mungkin itu tahun lalu. Di tahun 2014 apa saja yang telah terjadi? BANYAK, saya akan menuliskan perjalanan saya menemukan pekerjaan. Suatu hal yang saya idamkan sedari lulus kuliah, yaitu PEKERJAAN. Sebelumnya saya selalu berpikir bahwa kelak setelah dinyatakan lulus oleh universitas, saya akan segera menemukan pekerjaan dengan standar gaji ideal yang tersusun dalam benak seorang freshgraduate. Ternyata tidak semudah itu kawan, bangku kuliah belum memberikan beberapa SKS berjudul “REALITA”. Tapi itu tidak masalah, ketika kuliah kita memang diajarkan untuk berpikir ideal dan mengkonstruksi standar sebatas pengetahuan kita, ketika lulus orang-orang akan menyambut dengan ucapan, “Selamat datang di kehidupan nyata…” Cukup lama waktu yang saya jalani dengan berstatus pengangguran, 8 bulan saya berusaha menemukan pekerjaan dari penuh semangat hingga menyalahkan diri sendiri telah saya lalui. Seringkali di pagi hari saya harus mengejar travel paling pagi, dilanjut dengan nekat menaiki transjakarta untuk mengejar tes kerja ataupun interview di ibukota. Semua saya lakukan demi memperoleh pekerjaan, tapi hampir semua gagal di tahap awal. Demi mengobati kekecewaan, saya selalu menganggap hal itu adalah cara saya untuk bisa melihat ibukota, cuci mata, dan tour gratis ke menara perkantoran yang mungkin menjadi tempat bekerja paling ideal di mata beberapa orang.

Berbagai jenis perusahaan pernah memberikan saya secercah harapan mulai dari advertising, kontraktor, konsultan, market research, tambang, manufaktur, bank hingga sebuah Multi National Company asal Jepang berlogo Tiga Berlian. Hampir keseluruhan terhenti di garis awal, saya selalu bertanya-tanya mengapa saya gagal tapi semua tidak akan pernah terjawab. Saya memang cukup idealis dan pemilih ketika akan menentukan tempat mana yang akan saya lamar. Jika ada yang berkata jangan pilih-pilih saya selalu ingin tertawa, memilih adalah hak semua orang bahkan beli gorengan pun kita harus memilih, apakah untuk pekerjaan lantas kita harus tutup mata? Saya ingin bekerja di sebuah perusahaan besar karena saya merasa melalui perusahaan berskala multinasional saya dapat membangun kapasitas diri dalam lingkungan kerja berstandar internasional. Selain perusahaan, saya juga masih berniat untuk terjun dalam dunia NGO. Sejujurnya niat untuk bekerja di NGO lebih besar daripada di profit company, tapi saya perhatikan Devjobs selalu membutuhkan orang-orang expert dan sangat jarang memberikan kesempatan pada freshgraduate. Saya pernah iseng mengirimkan lamaran ke sebuah NGO yang focus pada anak dan berlokasi di Bandung, tanpa disangka-sangka mereka memanggil saya dan saya langsung mengikuti tes marathon selama sehari penuh. Saya sangat berharap, tetapi harapan itu juga harus kandas. Sempat ingin melupakan cita-cita saya bekerja di NGO, namun saya tetap berusaha mengirimkan lamaran ke beberapa NGO yang masih memaafkan status freshgraduate.

Pada bulan April 2014 saya resmi bekerja di sebuah NGO local bidang perempuan di Kota Bandung. Kantornya sangat sederhana dan jauh dari standar ideal perkantoran, hanya ada 2 direktur dan 2 staff (termasuk saya). Saya menjadi Staf Pendidikan dan Pengorganisasian yang bertugas mengerjakan apa saja yang bisa dikerjakan, mulai dari membaca Koran, membuat kliping, menulis berita web, mengadakan diskusi, menulis buku, mengajar di desa,  menterjemahkan, mengantar surat, fotokopi, hingga membersihkan kantor (Ini benar, tanpa unsur lebay!). Untuk penghasilan tentu terbatas, bisa dikatakan gaji saya hanya bertahan dalam 2 minggu dan untungnya orangtua masih bersedia memberikan “Unconditional Money” demi kelangsungan hidup saya. Kadangkala saya merasa sangat tertekan dengan minimnya fasilitas dan segala keterbatasan yang organisasi berikan pada saya, tetapi saya selalu berusaha berdamai dengan itu semua karena saya percaya kelak saya akan mendapatkan tempat yang lebih baik lagi. Pekerjaan saya jalani dengan penuh semangat, setiap hari saya berangkat ke kantor, membuka pintu, jendela, membaca Koran, dilanjut dengan apa saja yang bisa dikerjakan. NGO perempuan pertama di Jawa Barat ini mempunyai sebuah desa dampingan di kabupaten Cirebon, saya juga kerap live in di desa, berinteraksi dengan masyarakat dan mengumpulkan sekelompok ibu-ibu yang berorganisasi dalam sebuah Koperasi perempuan yang beranggota cukup banyak. Saya menikmati pekerjaan ini, tetapi saya juga tetap melirik kesempatan lain di NGO ataupun di profit company. Saya juga membolos beberapa kali untuk menghadiri interview dan psikotest tetapi hasilnya juga sama saja. Saya juga sempat mendaftar sebagai surveyor untuk sebuah survei nasional, mengingat salah satu cita-cita saya adalah bekerja di Lembaga Survei.

Pada pertengahan Juni, saya mendapat telepon dengan kode area Jakarta dan saya buru-buru berlari keluar untuk menerimanya. Saya kaget luar biasa ketika mendengar penelepon mengatakan bahwa saya diminta untuk mengisi essay test yang akan dikirimkan ke email saya. Saat itu saya hanya bisa mengatakan Ya dan bahkan saya lupa pernah melamar untuk posisi apa di NGO yang pernah menjadi impian saya itu. Saya coba mengecek email dan saya menyadari bahwa saya pernah melamar untuk sebuah posisi yang jobdesc nya juga saya tidak pahami. Penelepon mengatakan bahwa dia menunggu essay nya paling lambat besok siang sementara besok subuh saya harus berangkat ke Cirebon. Malam itu juga saya kebut mengisi essay yang ternyata banyak, sulit bahkan ada analisis kasusnya. Saya belum begitu paham apa job desc nya, tetapi saya kerjakan semampu saya dan pada pukul 02.15 essay tersebut saya kirim, 30 menit kemudian travel datang dan membawa saya yang tertidur pulas hingga tiba di Cirebon.

Tiga hari setelah essay dikirimkan, saya menerima kembali telepon dari NGO Internasional berwarna Orange penuh VISI tersebut dan menanyakan kesiapan saya untuk ditempatkan di NTT ataupun Papua. Saya menyatakan siap, tetapi lebih memilih untuk NTT (setelah berkonsultasi dengan orangtua). Mereka mengatakan akan menghubungi kembali untuk menjadwalkan wawancara via telepon. Cukup lama saya menanti kabar, dan saya sempat bercerita kepada seorang senior kampus yang telah terlebih dahulu bergabung di organisasi itu. Dia yang pernah berkata bahwa saya harus bekerja di organisasi yang sama dengannya ketika saya gagal diterima di NGO sebelumnya. Beberapa hari kemudian mereka mengundang saya untuk mengikuti wawancara via telepon, saya kemudian menyusun strategi untuk kabur dari kantor, naik ojek ke kafe untuk mencari sinyal internet apabila ternyata menggunakan skype. Awalnya interview dilakukan via skype, namun listrik di kafe tiba-tiba mati dan akhirnya saya harus melakukan wawancara via telepon dengan sistem panel.
Selepas melakukan wawancara, saya kemudian kembali dan masih menantikan hasil berikutnya. Beberapa hari sebelum lebaran, saya berangkat ke Jakarta untuk mengikuti Psikotes dan interview psikolog. Tes berlangsung setengah hari dan otak cukup terkuras saat menjalaninya, seperti biasa saya mencari travel terdekat dan kembali ke Bandung.

Saat libur lebaran berlangsung, saya yang sebenarnya telah ditagih pertanyaan apakah ingin melanjutkan kontrak di NGO tempat saya bekerja masih coba mengulur waktu dan menantikan kepastian hasil. Mencoba menikmati libur lebaran, saya memilih untuk berlibur bersama teman-teman gereja ke Pantai Ujung Genteng dan menikmati liburan singkat itu. Dua hari setelah lebaran, saya menerima telepon yang meminta saya untuk melakukan tes kesehatan di Lab Biotest Bandung. Selain undangan tersebut, saya juga menerima setumpuk persyaratan yang harus saya lengkapi dalam 2 hari. Mulai dari identitas, ijazah, consent form pribadi hingga consent form dari Pendeta dan Ketua RT. Keesokan harinya saya pun melakukan tes kesehatan setelah berpuasa dan mengirimkan persyaratan yang diminta. Saya kemudian diminta untuk membuat presentasi singkat pada saat interview terakhir di minggu berikutnya.

Seminggu kemudian, dengan menaiki travel saya pun berangkat ke tempat yang dimaksud. Sebuah gedung yang pernah disebut namanya oleh Hamba Tuhan gereja saya, organisasi yang saya kenal ketika saya membuat tugas presentasi agama, kini saya masuki dan menantikan keputusan terakhir. Setelah makan siang, saya pun menyampaikan presentasi dan melalui wawancara akhir dengan menjawab sejujur-jujurnya. Selepas wawancara, saya dipersilakan untuk pulang dan menunggu konfirmasi berikutnya dari HRD. Saya kemudian pergi ke pool travel di sekitar thamrin, ternyata travel baru saja berangkat dan saya terpaksa mengejar ke pool lainnya. Saat menunggu keberangkatan, mama menelepon dan menanyakan proses wawancara. Disitu pula saya menerima SMS pemberitahuan bahwa saya resmi diterima dan harap membalas email sesegera mungkin. Saya berusaha mengecek melalui HP dan ternyata koneksi sangat tidak mendukung, ketika saya telah duduk di dalam travel baru saya bisa mengecek isinya dan saya resmi menjadi staf dan ditempatkan di provinsi NTT, based Kupang dan siap menghadapi intensitas travel yang tinggi. Aaaahhhh aku tidak sabar ke sebuah tempat yang pernah ku impikan.


Komentar

  1. Suka, suka sekali. Aku juga pengen banget bisa kerja ngo ke kupang. Senoga bisa nyusul seperti kamu ya :).
    Gak tahu kenapa, pokok nya dengar kata NTT itu rasanya pengen dibawa kesana, hhe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haii salam kenal, tapi masa kenalan dengan nama anonim :(
      Senang deh, akhirnya postingan ku ada yang komen, hehehehe
      Percayalah bahwa semesta mendengarmu, aku jg awalnya iseng koq sebut pengen kerja di NTT. Ternyata jalan sudah disiapkan dan aku lalui sampai hari ini
      Aku tunggu di Kupang ya... :)

      Hapus
  2. Hallo pritta, kenalkan aku susi simanjuntak. hehehehe, eh aku baca bio mu, kamu anak siantar ya?. Anyway, aku juga pernah di siantar, alumni sma Budi Mulia. 2 bulan yg lalu aku coba apply ke rumah orange nya kamu, tapi belom dipanggil. Hhe.

    Habus baca tulisan kamu ini, aku jadi agak ngerasa lebih baik. Ternyata bukan cuman aku doang yang ngerasa tersesat terhempas nyariin kerja ke ngo.

    Hehehe

    Kirim salam buat pantai dekat kost-an mu ya. Cantik pantai nya....

    I wish i can be there, Aminnn

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai, salam kenal juga Susi...
      Ya, aku asli dari Siantar, alumni Kalam Kudus 2009.
      Hmmm harusnya ikut dari jalur MT, kalo yang lain sih biasanya emang suka lama prosesnya.
      Kalau boleh tau sekarang dimana ya?

      Ayoo kapan ke kupang? ntar diajakin ke pantai-pantai yang lebih bagus. Follow instagramku dong, biar makin termotivasi buat kesini. Hehehehe

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kerja di NGO, Ngapain Aja?

Empat tahun bekerja di Non Government Organization alias Lembaga Non Pemerintah pastinya telah mengubah banyak hal dalam diri saya, tetapi rasanya setiap bertemu orang baru pasti muncul beberapa pertanyaan yang sama. Oke, saya akan menuliskan beberapa pertanyaan umum yang harus kamu jawab dan jelaskan mengenai status pekerjaan mu. Kiranya bisa menjawab beberapa pertanyaan yang sering mampir ke saya atau jika berkenan mungkin bisa menjadi referensi untuk menjelaskan pekerjaan mu saat ini. 1.               Itu kerjanya ngapain aja? Buanyaakkk, tergantung project, fokusnya, visi misi, Programme Goal, Outcome, Output . Bekerja di NGO pastinya merespon suatu isu sosial, nahh namanya isu social pasti luaaasss sekali. Setelah itu tanyakan saja “Fokus Programnya apa?” Disitu akan muncul istilah pemberdayaan masyarakat, lingkungan, anak, gender, imigran, buruh, pertanian, perikanan, udara, dll. Intinya bekerja di NGO itu men support masyarakat/kaum marjinal atau bahkan pemerintah untuk

Perjalanan di Bawah Laut Kupang

Saya mengingat ketika di akhir tahun 2014, sejenak sebelum berpindah ke tahun 2015 saya sempat mencoba menuliskan resolusi di tengah kesendirian menikmati malam tahun baru sembari mengintip warna-warni kembang api dari jendela kamar. Ada beberapa hal yang saya tuliskan, jujur itu hanya terbersit tiba-tiba dan saya hanya menuliskannya di sebuah aplikasi catatan di HP saya yang masih berusia 3 bulan pada saat itu. Tanpa disangka 3 bulan kemudian HP itu rusak akibat kecerobohan saya saat pergi ke Pulau Kera, Kupang. Bukan tercebur air laut tetapi malah ketumpahan sebotol penuh air mineral di dalam tas saya saat berada di perahu. Beberapa bulan setelah kejadian HP rusak, saya pergi bersama teman jalan terbaik saat itu mencari informasi mengenai spot snorkeling di Kupang mulai dari bertanya ke instagram, komunitas di facebook hingga mendatangi Polairud Kupang demi impian snorkeling. Akhirnya kami menemukan komunitas snorkeling dan ikut snorkeling pagi ataupun sore di tempat itu. Saya j